Pengertian i’rob dan Macam - Macamnya

Posted on

Pengertian i’rob dan Macam - Macamnya - Assalamualaikum wr wb…. Hallo semuanya, pada kesempatan kali ini, kita akan belajar tentang I’rob dan beberapa macamnya. Sebagaimana sebelumnya juga kita sudah belajar tentang bab Jumlah Mufidah (الجملة المفيدة) dalam Bahasa Arab maka i’rob ini dalam ilmu tata bahasa Arab khususnya bab nahwu masih sangat berkaitan dan penting sekali untuk kita pelajari.

Untuk itu, tidak usah berlama - lama kita langsung saja ke pembahasannya dibawah berikut ini !

Pengertian I’rob dan Macam - Macamnya

Pengertian I’rob

Dalam kitab Jurumiyyah dijelaskan khususnya tentang bab I’rob, yakni :

الإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الكَلِمِ لاخْتِلاَفِ العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيْرًا

Artinya : “I’rob adalah berubahnya akhir - akhir kata yang disebabkan bedanya amil - amil yang masuk pada kata tersebut, baik berubah secara lafadz atau secara perkiraan“.

Baca : Buku Panduan Bahasa Arab

Penjelasannya :

  1. Yang dimaksud dalam kalimat yang berbunyi : “الإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ اَوَاخِرِ الكَلِمِ”
    Kalimat tersebut menerangkan bahwa, i’rob adalah suatu perubahaan cara membaca akhir huruf pada suatu kata yang tergantung pada amil yang memasukinya.
    Suatu inti dari i’rob itu adalah perubahan di akhir kata, baik itu dibaca dhommah (keadaan rofa’), dibaca fathah (keadaan nashab), dibaca kasroh (keadaan jar), atau dibaca sukun (keadaan jazm).
    Maka sekarang sudah jelas, bahwa dalam ilmu nahwu dalam hal ini bab i’rob sebagai jantungnya ilmu nahwu hanya akan membahas perubahan akhir suatu kata.
    Oleh sebab itu, maka jika kalian melihat contoh kata “نَصْرٌ” maka fokus ilmu nahwu hanyalah pada huruf akhirnya yaitu huruf ro ‘رٌ’ nya saja di rofa’kan. Masalah kenapa kata tersebut dia dibaca dommah atau rofa’? kenapa tidak dibaca menggunakan tanwin, kasroh, fathah atau yang lainnya.
    Sedangkan masalah huruf pertama ‘نَ’ dan tengah ‘صْ’, itu hanya akan dibahas pada ilmu sharaf.
  2. Kemudian yang dimaksud dari kalimat yang berbunyi : “لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيْهَا” adalah perubahan pada akhir kata ini tergantung pada amil yang memasukinya.
    Apakah itu yang disebut Amil?
    Amil adalah suatu penyebab dapat berupa huruf, keadaan, dan sifat yang membuat kata yang terkena amil ini harus dibaca rofa’ (dengan dhommah), nashab (dengan fathah), jar (dengan kasroh), atau jazm (dengan sukun).
    Contohnya yaitu :
    كَتَبَ مُحَمَدٌ عَلَى السَبُّوْرَةِ Artinya : “Muhammad menulis di papan tulis”
    perhatikan kata yang saya tandai dengan huruf tebal tersebut. Dalam kata tersebut di baca kasroh pada huruf terakhirnya ‘as-sabburoti’, kenapa dibaca kasroh?
    Sebab sebelum kata tersebut ada amil berupa huruf jar (yang membuat kata ‘as-sabburoti’ harus dibaca kasroh) yakni : kata ‘alaa’ yang saya tandai dengan garis bawah.
  3. Kemudiam yang dimaksud dalam kalimat yang berbunyi : “لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً ”
    Memiliki arti baik secara lafadz (nampak jelas perubahaannya) atau dengan dikira-kira.
    Secara lafadz adalah perubahan cara membaca akhir katanya nampak jelas dengan adanya harokat domah, fathah, kasroh, atau sukun.
    Mari kita perhatikan contohnya berikut : أَكَلْتُ التُفَّاحَ‘ “akaltu at-tuffaha” kata yang bercetak tebal dibaca fathah secara jelas dan nampak harokatnya.
  4. Kemudian kalimat yang dimaksud تَقْدِيْراً adalah perubahan cara baca akhir kata yang tidak nampak jelas dan tidak ada harokat sama sekali. Hal ini disebabkan karena di akhir kata tersebut terdapat huruf illah ‘Wau (و) , Alif (ا) dan Ya (ي)’,
    Mari kita perhatikan contohnya berikut : جَاءَ مُصْطَفَى artinya “musthofa telah datang”.
    Sekarang perhatikan kata yang saya cetak tebal yakni “musthofaa”, huruf terakhir kata tersebut tidak mempunyai harokat, tapi kata tersebut dibaca rofa’.
    Keterangannya : seharusnya apabila suatu kata dibaca rofa’ maka tandanya dengan dhommah, namun pada kata tersebut tidak ada harokatnya, maka i’robnya dengan cara dikira-kira), kenapa dia dibaca rofa’? jawabannya sebab dia menjadi fa’il (subjek).
Baca Juga :   Pengertian BUMN

Maka intinya yang dimaksud Irob adalah kalimat yang tersusun secara sempurna.

Baca : 7 Ulama Nahwu

Pembagian I’rob

وَاَقْسَامُهُ اَرْبَعَةٌ رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَخَفْضٌ وَجَزْمٌ فَلِلْأَسْمَاءِ مِنْ ذَالِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالخَفْضُ وَلاَ جَزْمَ فِيْهَا وَلِلْأَفْعَالِ مِنْ ذَالِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالجَزْمُ وَلاَ خَفْضَ فِيْهَا

Artinya : “Pembagian I’rob itu ada empat yaitu: rofa, nasab, khofadz dan jazem. Dari i’rob tersebut bagi isim adalah rofa, nashab, dan khofadz, dan tidak ada i’rob jazem baginya. Adapun bagi piil adalah rofa , nashab, dan jazem, dan tidak ada i’rob khofadz pada pi’il”.

Dari kalimat diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kata dalam I’rob itu dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

  1. Rofa’ yaitu tanda asalnya biasanya dengan dhommah.
    Contohnya yaitu : جَاءَ مُحَمَّدٌ
  2. Nashab (tanda asalnya biasanya dengan harokat fathah).
    Contohnya yaitu : أَكَلْتُ التُفَّاحَ
  3. Jer (tanda asalnya biasanya dengan harokat kasroh).
    Contohnya yaitu : كَتَبَ مُحَمَدٌ عَلَى السَبُّوْرَةِ
  4. Jazm (tanda asalnya biasanya dengan tanda harokat mati atau sukun).
    Contohnya yaitu : إِذْهَبْ

Demikianlah pembahasan makalah kita tentang Irob. Semoga bermanfaat yang banyak. Aamiin