Susunan Angka Arab Dalam Suatu Kalimat

Posted on

Susunan Angka Arab Dalam Suatu Kalimat – Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar tentang angk arab, tulisan angka arab 1- 10 dan kaidah – kaidah penggunaan angkanya didalam suatu kalimat.

Pada pembahasan sebelumnya kita juga sudah mempelajari tentang tulisan angka Arab yakni cara menulis Huruf Hijaiyah Titik – Titik.

Untuk itu, pada bab pembahasan kali ini, kita akan fokus pada kaidah – kaidah penyusunan kata angka Arab dalam sebuah kalimat.

Langsung saja kita simak urainnya dibawah berikut ini !

Susunan Dalam Angka Arab
Susunan Dalam Angka Arab

Penggunaan Angka Arab

Dalam bahasa Arab, angka bahasa arabnya adalah (رَقْمٌ جـ أَرْقَامٌ) dan bahasa Arabnya jumlah atau bilangan adalah (عَدَدٌ جـ أَعْدَادٌ).

Dalam penyusunan penggunaan angka Arab atau bilangan dalam bahasa Arab, ternyata tidak semudah seperti dalam bahasa kita yaitu Indonesia. Sebab, jika dibahasa kita yaitu bahasa Indonesia, kita hanya cukup menyebutkan dan menambahinya dengan kata benda atau nama yang akan disebutkan. Contohnya yaitu :

  1. Satu sahabat
  2. Dua rumah
  3. Tiga batalion
  4. Empat meja
  5. Sembilan bintang
  6. Lima belas pelajar
  7. Dua puluh jam
  8. Seratus bulan
  9. Dan seterusnya.

Namun, berbeda halnya dengan angka bahasa Arab. Ada banyak yang perlu diperhatikan, misalnya seperti :

  1. Harakat akhirnya (I’rab).
  2. Bentuk kata benda (nama), apakah itu mudzakkar atau muannats.
  3. Dan bentuk kata benda (nama), apakah mufrad, atau mutsanna, atau jamak.

Tidak semua angka memiliki kaidah sendiri, namun ada beberapa kelompok gabungan bilangan angka yang mana kita perlu perhatikan secara seksama, sehingga membutuhkan fokus yang lebih.

Baca : Bahasa Arab Angka Arab 1 – 100

Kaidah Penyusunan Angka 1 Sampai 10

Berikut kita sajikanterlebih dahulu angka Arab dari bilangan 1 – 10 :

Terjemah IndonesiaBahasa ArabBunyi BacaanNo
Satu (1)وَاحِدٌwaahidun1
Dua (2)اِثْنَانِ itsnaini 2
Tiga (3)ثَلَاثَةٌtsalaatsatun 3
Empat (4)أَرْبَعَةٌarba’atun4
Lima (5)خَمْسَةٌkhamsatun5
Enam (6)سِتَّةٌsittatun6
Tujuh (7)سَبْعَةٌsab’atun7
Delapan (8)ثَمَانِيَةٌtsamaaniyatun8
Sembilan (9)تِسْعَةٌtis’atun9
Sepuluh (10)عَشْرَةٌ‘asyratun10

Kaidah 1# Waahidun (وَاحِدٌ)

Apabila kita ingin membuat sebuah kalimat dengan menggunakan kata waahidun, maka ada satu hal yang perlu kita perhatikan. Dan ini kaitannya dengan kaidah dalam penerapan ‘adad (bilangan) dan ma’dud (terbilang).

Hal yang perlu diperhatikan yaitu : untuk angka satu (1) harus ada kesamaan antara bilangan dan yang terbilang dalam hal tadzkir (lk) atau ta’nits (pr).

Apabila ma’dud mudzakkar, maka ‘adad harus mudzakkar. Dan sebaliknya, apabila ma’dud muannats, maka ‘adad harus muannats juga. Dan kedudukan ma’dud harus mendahului ‘adad.

Untuk lebih jelasnya mari kta perhatikan contoh dibawah berikut :

  1. (جَاءَ طَالِبٌ وَاحِدٌ) Satu (1) siswa telah datang.
  2. (جَاءَتْ طِالِبَةٌ وَاحِدَةٌ) Satu (1) siswi telah datang.

Kata (طَالِبٌ) adalah ma’dud mudzakkar dan ‘adad berfungsi sebagai sifat, maka ia harus mengikuti ma’dud-nya.

Begitu juga kata (طِالِبَةٌ), ia adalah ma’dud muannats, dan ‘adad mengikutinya dalam hal ta’nits, maka ‘adad waahidun berubah menjadi (وَاحِدَةٌ).

Dan di berikut ini kita sajikan contoh penggunaan angka satu di dalam Al Quran. Terdapat ada banyak contoh yang ditemukan, namun kita sajikan masing-masing satu saja, selebihnya teman – teman bisa mencarinya sendiri nanti 😀

  1. Al Baqarah :163 (وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ).
  2. An Nisa : 102 (فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَاحِدَةً).

Kaidah 2# Itsnaini (اِثْنَانِ)

Kaidah yang selanjutnya yaitu diterapkan pada angka dua (istnaani) ialah sama persis dengan angka satu, tidak ada perbedaan sama sekali.

Angka itsnaani ini berfungsi sebagai sifat dari ma’dud (yang terbilang), ia mengikutinya dalam hal tadzkir dan ta’nits, dan posisinya diakhirkan.

Sebelum menerapkan angka dua dalam kalimat, kita perlu terlebih dahulu memahami kaidah tatsniyah (ganda). Di dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan “dua benda” itu dengan cara menambahkan alif dan nun di belakang kata aslinya.

Apabila bahasa Arab buku adalah (كِتَابٌkitaabun, maka “dua buku” dinyatakan dengan (كِتَابَانِkitaabaani.

Agar lebih jelas, mari kita lihat 3 contoh dibawah berikut ini mengenai penerapannya :

  1. (جَاءَ مُدَرِّسَانِ اثْنَانِ) = Dua (2) guru telah datang.
  2. (جَاءَتْ مُدَرِّسَتَانِ اثْنَتَانِ) = Dua (2) guru (pr) telah datang.
  3. (رَأَيْتُ نَجْمَتَيْنِ اثْنَتَيْنِ فِي السَّمَاءِ) = Aku melihat dua (2) bintang di langit.

Serta kita lihat juga contoh dari Al Quran yakni sebagai berikut :

  1. An Nahl : 51 (وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ).
  2. Ar Ra’du : 3 (جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ).

Baca : Cara Menulis Angka Arab

Kaidah 3# Tsalaatsatun – ‘Asyratun (ثَلَاثَةٌ – عَشْرَةٌ)

Pada kaidah yang ke- 3 ini, kita akan terlebih dahulu memahami tentang pembagian nama – nama atau kata benda apabila dilihat dari bilangannya.

Isim, jika kita lihat dari bilangnnya, maka terbagi mejadi 3 macam yaitu :

  1. Isim Mufrad (Tunggal)
  2. Isim Mutsanna (Ganda)
  3. Isim Jamak (Plural)

Isim Mufrad ialah asal dari setiap kata benda yang menunjukkan bilangan satu.

Isim Mutsanna ialah kata benda yang menunjukkan bilangan dua dengan menambahkan huruf alif dan nun dari kata aslinya. Seperti yang sudah saya singgung pada angka dua diatas.
Isim Jamak ialah kata benda yang menunjukkan bilangan tiga sampai sepuluh. Contohnya adalah :

  1. (كِتَابٌ) bentuk mufrad.
  2. (كِتَابَانِ) bentuk mutsanna.
  3. (كُتُبٌ) bentuk jamak.

Ketika kita membaca kamus, kemudian kita menemukan simbul dengan huruf jim seperti ini (جـ), maka itu artinya kamus tersebut memberitahu kita bahwa bahasa Arab suatu kata benda dan sekaligus bentuk jamaknya.

Dari uraian diatas, kaitannya dangan ‘adad tsalaatsatun (3) adalah sebagai berikut :

  1. Kata benda yang akan kita sebutkan bilangannya harus berbentuk jamak.
  2. ‘Adad (3-10) disebutkan di awal.
  3. Apabila ma’dud adalah mudzakkar, maka ‘adad adalah kebalikannya, yaitu muannats.
  4. Apabila ma’dud adalah muannats, maka ‘adad adalah mudzakkar.
  5. Dan ‘adad berfungsi sebagai mudhaaf, dan ma’dud sebagai mudhaf ilaih. Jadi harakat akhirnya ma’dud adalah kasrah karena ia adalah mudhaf ilaih.

Sebagai contoh adalah kata (كِتَابٌ), ia berbentuk mudzakkar, dan bentuk jamaknya adalah (كُتُبٌ).

Maka contohnya adalah dibawah sebagai berikut :

  1. (أَقْرَأُ ثَلَاثَةَ كُتُبٍ فِي اليَوْمِ) Aku membaca tiga (3) buku dalam sehari.

Dan contoh kedua adalah kata (بِنْتٌ), ia berbentuk muannats, dan bentuk jamaknya adalah (بَنَاتُ). Maka contoh kalimatnya adalah sebagai berikut :

  1. (أَحْمَدُ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ) Ahmad memiliki tiga (3) anak perempuan.

Karena ma’dud adalah muannats, maka kata tsalaatsatun harus dihilangkan ta’ marbuthah-nya, supaya ‘adad menyelisihi ma’dud-nya.
Sekarang mari kita lihat contoh dari Al Quran berikut dibawah ini :

  • Q.S. Hud : 65 (فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ).

Kata (أَيَّام) adalah bentuk jamak dari (يَوْمُ) dan ia adalah mudzakkar. Dan karena berbentuk mudzakkar, maka ‘adad-nya harus menyelisihi, yaitu muannats.

  • Q.S. Maryam : 10 (أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا).

Kata (لَيَال) adalah bentuk jamak dari (لَيْلَةٌ) dan dia adalah muannats. Sebab berbentuk muannats, maka ‘adad-nya harus menyelisihi, yaitu mudzakkar.
Dan berikut ini adalah contoh lain untuk kalimat menggunakan angka 4 sampai 10 yakni sebagai berikut :

  1. (دَرَّسَ لُطْفِي أَرْبَعَةَ طُلَّابٍ) Luthfi mengajari empat (4) orang siswa.
  2. (عَمِلَ خَالِدٌ فِي أَرْبَعِ شَرِكَاتٍ) Khalid bekerja di empat (4) perusahaan.
  3. (مَاتَ خَمْسَةُ جُنُوْدٍ) Telah gugur lima (5) tentara.
  4. (اِشْتَرَتْ الخُطُوْطُ الجَوِّيَّةُ السِّنْغَافُوْرِيَّةُ خَمْسَ طَائِرَاتٍ جديدةٍ) Singapore Airlines telah membeli lima (5) pesawat baru.
  5. (فِي االمَدْرَسَةِ سِتَّةُ فُصُوْلٍ) Di sekolah ada enam (6) kelas.
  6. (فِي القَرْيَةِ سِتُّ مَدَارِسَ) Di desa ada enam (6) sekolah.
  7. (بَنَي الوَالِدُ بَيْتًا فِي سَبْعَةِ أَدْوَارٍ) Ayah membangun rumah tujuh (7) lantai.
  8. (أَبِيْتُ فِي الفُنْدُقِ سَبْعَ لَيَالٍ) Aku menginap di hotel selama tujuh (7) malam.
  9. (زُرْتُ ثَمَانِيَةَ بِلَادٍ) Aku telah mengunjungi delapan (8) negara.
  10. (اِسْتَطَاعَ عُمَرُ حِفْظَ ثَمَانِي ءَايَاتٍ فِي اليَوْمِ) Umar bisa menghafal delapan (8 )ayat dalam sehari.
  11. (كَفَلَ جَرِيْرٌ تِسْعَةَ أَيْتَامٍ شَهْرِيًّا) Jarir menanggung sembilan (9) anak yatim setiap bulan.
  12. (وَزَّعَتْ زَوْجَتِي تِسْعَ حَقَائِبَ لِصَدِيْقَاتِهَا) Istriku membagi sembilan (9) tas kepada teman-temannya.
  13. (أَقَامَ المُدِيْرُ اِجْتِمَاعًا مَعَ عَشَرَةِ مُوَظَّفِيْنَ) Direktur mengadakan rapat bersama sepuluh (10) pegawai.
  14. (عُمْرُ ابْنِي عَشْرُ سَنَوَاتٍ) Usia anak laki-lakiku sepuluh (10) tahun.

Adapun contoh penggunaan angka 4 sampai 10 di dalam Al Quran yang dapat kita temukan adalah sebagai berikut :
Angka 4, yaitu :

  1. At Taubah : 2 (فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ).
  2. An Nur : 6 (فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ).

Angka 5, yaitu :

  • Ali Imran : 125 (بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ).

Angka 6, yaitu :

  • Al A’raf : 54 (خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ).

Angka 7, yaitu :

  1. Luqman : 27 (وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ).
  2. Al Baqarah : 29 (فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ).

Angka 8, yaitu :

  1. Az Zumar : 6 (وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ).
  2. Al Qasas : 27 (أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ).

Angka 9, yaitu : 

  1. An Naml : 48 (تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ).
  2. Al Isra : 101 (وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَىٰ تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ).

Angka 10, yaitu :

  1. Al Maidah : 89 (فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ).
  2. Hud : 13 (فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ).

Demikianlah pembahasan makalah tentang Susunan Kaidah penulisan angka Arab dalam suatu kalimat. Semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua …..