Terjemah Lengkap Kitab Matan Alfiyah Ibnu Malik - Kitab matan Alfiyah ibnu Malik merupakan kitab yang populer dan sering di kaji pada kalangan pesantren. Setiap orang yang pernah nyantri atau mondok di pesantren pasti pernah mempelajari kita yang satu ini.
Kitab matan Alfiyah ibnu Malik, merupakan kitab yang membahas tentang seluruh Ilmu Nahwu dan Shorof. Namun dibalik kitab yang fenomenal ini, ternyata ada kisah yang jarang kita ketahui. Kisah ini pula yang mempengaruhi berubahnya jumlah baik dalam kitab tersebut yang tadinya berjumlah 1000 bait menjadi 1002 bait.
Penasaran bagaimana kisah dibalik 1002 bait kitab matan Alfiyah ibnu Malik ini? tidak usah berlama - lama mari langsung saja kita simak kisahnya dibawah berikut ini !
Daftar Isi Artikel :
Kisah Di Balik 1002 Bait Matan Alfiyah ibnu Malik
Khulasoh tentang Syaikh ibnu Malik
Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Malik. Beliau berasal dari Andalusia yang sekarang dikenal Spanyol, daerah yang pada waktu itu di taklukan oleh pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan panglima besar yang bernama Thariq bin Ziyad.
Daerah ini juga yang pada waktu itu menjadi pelarian terakhir bagi Saqor Quraisy (rajawali dari kabilah Quraisy) yang lari dari kejaran orang - orang yang berasal dari bani Abbasiyah yang telah berhasil menundukkan kekuasaan daulah bani Umayyah. Daerah itu yang disebut daerah Andalusia yang sekarang lebih dikenal dengan negara Spanyol. Dari daerah ini maha karya yang berhasil Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy (imam Ibnu Malik) torehkan inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat dunia dengan nama “Alfiyah Ibnu Malik” yang membahas tentang kaidah - kaidah ilmu nahwu (sintaksis) dan Sharaf (morfologi).
Yang mana kata Alfiyah berarti seribu (1000) yang menunjukan bahwa jumlah nadzam dalam kitab ini adalah seribu bait.
Baca : Belajar Bahasa Arab Dasar
Keunikan Kitab Matan Alfiyah ibnu Malik
Kitab matan Alfiyah ibnu Malik memiliki perbedaan dengan kitab - kitab matan biasanya pada wakut itu, yakni : pada awal nazam bab mukadimah (pendahuluan), beliau ibnu Malik menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil (kata kerja) yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi (masa yang sudah lewat atau terjadi). Ini adalah hal yang tidak lazim berbeda dengan kitab - kitab seperti biasanya pada waktu itu, di mana para musanif - musanif (para pengarang) kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’ yang di dalamnya terkandung zaman hal (masa yang sedang terjadi/dilakukan) atau zaman istiqbal (masa yang akan dilakukan).
Baca : Kamus Besar Bahasa Arab Lengkap
Maksud Imam ibnu Malik mengawali Bait Nazdamnya dengan Fi’il Madhi
Pada bait pertama berbunyi :
……….. # قال محمد هو ابن مالك
Artinya : “Muhammad yakni putra Malik telah berkata # …… ”
Pada bait inilah keunikan dalam maha karya Alfiyah Ibnu Malik dari beribu keunikan atau mungkin malah jutaan keunikan yang ada pada kitab tersebut.
Sebab, pada halaman pertama kita langsung diberikan pemandangan yang berbeda dari kitab - kitab yang lain pada umumnya waktu itu, yang mungkin bagi sebagian dari kita akan dibuatnya berpikir dan mengangan - angannya.
Dari sinilah yang menunjukkan serta menjadi tolak ukur dari betapa tingginya kadar intelektualitas dan kecerdasan beliau, yang mana pada saat beliau menyusun dan menulis kitab Alfiyah Ibnu Malik, sebanyak 1000 nadzam (bait) yang menjadi isinya telah beliau simpan dalam memori otak beliau. Oleh karenanya beliau hanya tinggal menulis dan menyusunnya saja dalam sebuah kitab sesuai apa yang telah terekam dalam memorinya. Merupakan suatu hal yang sangat langka yang dilakukan oleh musanif lain dalam menyusun sebuah karya.
Baca : Bahasa Arab Ruang Belajar
Selain itu, ada hal yang menarik lagi lainnya yang terjadi pada awal penyusunan kitab Alfiyah Ibn Malik ini, yakni yang seharusnya kitab ini disusun dengan jumlah 1000 bait berubah menjadi 1002 bait.
Kenapa Kitab Alfiyah ini mempunyai lebih hanya 2 Bait?
Hal ini terjadi ketika beliau mulai menulis kitab Alfiyah ini. Ketika beliau memulai menulis baik setiap huruf - huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Ketika proses penulisan itu berjalan suatu kejadian aneh terjadi. Pada saat beliau sampai pada nadzam baris kelima, yakni :
فائقة ألفية ابن معطي #……………………………..
………………………….#……….…………………….
Artinya : “…….. # Kitab Alfiyyah ini lebih mengungguli kitab Alfiyah Ibnu Mu’thi.”
Tiba - tiba semua hafalan dan memori dalam otak yang semula beliau hafal, semua rancangan 1000 nadzam itu pun hilang, sirna hingga beliau tidak bisa mengingat satu huruf sama sekali. Kebingungan pun mendera dan mengusik hati beliau. Hari demi hari lamanya penulisan kitab ini terhenti. Hingga akhirnya suatu hari beliau berziarah ke makam gurunya yang bernama Imam Ibnu Mu’thi.
Imam Ibnu Mu’thi ini merupakan guru dari Imam Ibnu Malik dan Beliau juga memiliki sebuah kitab susunan yang berisi 1000 nadzam, sama seperti kitab Alfiyah ibnu Malik yang lebih dikenal dengan nama Alfiyyah Ibnu Mu’thi.
Sebagai penghilang kesedihannya, beliau (Imam Ibnu Malik) membaca tahlil, tahmid, dan takbir di makam guru beliau tersebut. Sampai suatu saat tanpa sadar beliau tertidur disana.
Di dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi yang menegurnya bahwa apa yang Imam Ibnu Malik lakukan pada saat menyusun kitab Alfiyyah ini, terdapat suatu kesalahan.
Dalam mimpi tersebut Imam Ibnu Mu’thi berkata “Wahai muridku, apakah kamu lupa siapakah aku ini?”
Beliau pun seketika terbangun dari keterjagaannya dan masih dalam kebingungan serta terkejut, lalu beliau teringat akan sebuah nadzam terakhir yang beliau tulis. Sehingga beliau teringat “ya di situlah akar permasalahanya,” pikir beliau.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam Bait terakhir ?
Di dalam nazam terakhir yang beliau tulis, beliau menyebutkan bahwa kitab Alfiyyah ini yang beliau susun lebih mengungguli dari kitab Alfiyah yang disusun terlebih dahulu oleh guru beliau yakni Imam Ibnu Mu’thi. Hal ini sangat bertentangan dengan sifat akhlakul karimah, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya.
Sehingga untuk menenebus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah Swt serta guru beliau tersebut, maka beliau pun menambahkan dan menyusun dua nadzam di bawah ini :
وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا
“Beliau lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal # Beliau behak atas sanjunganku yang indah. “
والله يقضي بهبات وافرة# لي وله في درجات الأخرة
“Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat.”
Setelah beliau menyusun dua nadzam di atas yang menjadi ungkapan hati beliau, maka dengan izin Allah semua susunan 1000 nazam yang semula hilang dari ingatan memori beliau tersebut seketika itu juga kembali lagi dan Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab Alfiyyahnya lagi.
Maka dari kisah di atas, kita dapat mengetahui bahwa yang semula tadinya nadzam Alfiyyah Ibnu Malik berjumlah 1000 nadzam, bertambah dua nadzam pada bab Muqaddimahnya sehingga menjadi 1002 nadzam.
Kisah ini bisa kalian lihat dalam buku “Lantunan Bait Sentuhan Ruh, Menyingkap Kearifan Imam Ibnu Malik dalam deretan Bait Berisikan Kalam Hikmah, Falsafah Hidup, Nasihat dan Kalam”.
Demikianlah kisah 1002 bait matan Alfiyah ibnu Malik. Semoga bermanfaat …..